Metafora
Sekerat akar mampu ku hulur padamu
Disaat dikau terkapai dan kelemasan
Diarus hidup yang tinggal sejengkal cuma
Katamu kau tak bisa berenang ke sana
Engkaulah teman tanpa sangsi dan curiga
Setelah aku mendengar lirih ratapmu
Harumnya sekuntum melati diembunan pagi
Sewaktu kita melewati
Sebidang tanah perkebunan persahabatan
Tersasar aku didalam mentafsir
Aksara jujur dan ketelusan yang terpamer di wajahmu
Terlalu naïf untuk ku fahami
Metafora puisi dusta dan personafikasi
Sukarnya untuk aku membuktikan
Kebenaran yang berpihak padaku
Kerna peluang langsung tiada padaku
Sedarlah aku erti senyuman
Ada dendam yang tidak pernah padam
Pada lirik matamu ada pedang tajam yang merejam
Terima kasih atas pengalaman itu
Mengajak aku kembali mengenal diri
Terpaksa lagi menyusuri jalan-jalan sepi
Masih bisakah kutemui sekuntum melati
Mewangi yang tidak berduri
Disaat dikau terkapai dan kelemasan
Diarus hidup yang tinggal sejengkal cuma
Katamu kau tak bisa berenang ke sana
Engkaulah teman tanpa sangsi dan curiga
Setelah aku mendengar lirih ratapmu
Harumnya sekuntum melati diembunan pagi
Sewaktu kita melewati
Sebidang tanah perkebunan persahabatan
Tersasar aku didalam mentafsir
Aksara jujur dan ketelusan yang terpamer di wajahmu
Terlalu naïf untuk ku fahami
Metafora puisi dusta dan personafikasi
Sukarnya untuk aku membuktikan
Kebenaran yang berpihak padaku
Kerna peluang langsung tiada padaku
Sedarlah aku erti senyuman
Ada dendam yang tidak pernah padam
Pada lirik matamu ada pedang tajam yang merejam
Terima kasih atas pengalaman itu
Mengajak aku kembali mengenal diri
Terpaksa lagi menyusuri jalan-jalan sepi
Masih bisakah kutemui sekuntum melati
Mewangi yang tidak berduri
By IZHAN
1 comments:
fesyen2 kui3
Post a Comment